Pengertian Organisasi
Organisasi
pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang untuk
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan
terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut para
ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut :
- Stoner
mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
- James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi
adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
- Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah
merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih..
- Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah
kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.
Sebuah
organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik
adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat di
sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya
manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka
pengangguran.
Orang-orang
yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus
menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan
tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam
keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang
dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
Pengertian Kelompok
Forsyth
(1983) yang mendefinisikan kelompok sebagai 2 atau lebih individu yang saling
mempengaruhi melauin interaksi sosial.
Kelompok
adalah sebuah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain
yang membuat mereka saling tergantung dalam beberapa tingkatan signifikan
(Cartwright dan Zander, 1968). Melalui kelompok, kita maksudkan orang yang
saling berkomunikasi, sering kali ada rentang waktu, dan ada sejumlah orang
yang cukup memadai sehingga setiap orang dapat berkomunikasi dengan semua yang
lain, bukan melalui orang kedua melainkan dengan tatap muka (Homans, 1950).
Mungkin ada dua atau lebih orang yang saking berinteraksi dalam pokok tersebut,
sehingga setiap orang mempengaruhi dan dipengaruhi (Shaw, 1981). Pada
sekumpulan individu yang dianggap sebagai sebuah kelompok, harus ada beberapa
interaksi (Hare, 1976).
Kelompok ( group
) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau
lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk
mencapai sasaran-sasaran tertentu. Sementara Gibson (1995) memandang kelompok
dari empat kelompok prespektif, diantaranya :
1. Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai
kumpulan sejumlah orang yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana
masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari anggota lain.
2. Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem
terorganisasi yang terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan
dengan sistem menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran
hubungan di antara anggota.
3. Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai
sekelompok individu yang keberadaannya sebagai suatu kumpulam yang menghargai
individu.
4. Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari
pengelompokkan adalah interaksi dalam bentuk interpedensi.
Dari beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan
bahwa yang disebut kelompok itu adalah kumpulan individu dimana perilaku dan
atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota
yang lainnya.
Dipandang dari proses kemunculannya, kelompok dapat
terbentuk karena tindakan manajerial dan karena adanya keinginan individu.
Manager menciptakan kelompok kerja untuk melaksanakam pekerjaan dan tugas yang
diberikan. Kelompok juga berfungsi dan berinteraksi dengan kelompok lain,
masing-masing mengembangkan satu set karakteristik yang unik termasuk struktur,
kepaduan peran, norma-norma dan proses. Kelompok juga menciptakan sendiri
kultur mereka. Akibatnya, kelompok akan bekerja sama atau bersaing dengan
kelompok lain dan perrsaingan antara kelompok dapat memicu akan adanya konflik.
Pengertian Perilaku Kelompok dalam
Organisasi
Perilaku
kelompok dalam organisasi merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap
struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah
kelompok memasuki dunia organisasi maka karakteristik yang dibawanya adalah
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa
lalunya. Dan organisasi juga mempunyai karakteristik yaitu keteraturan yang
diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang,
tanggung jawab, system penggajian, system pengendalian dan lain sebagainya.
Jika karakteristik antara keloompok digabungkan dengan karakteristik organisasi
maka akan terwujud perilaku kelompok dalam organisasi. jadi perilaku kelompok
dalam organisasi adalah suatu fungsi dari interaksi antara sebuah kelompok
dengan lingkungannya ( organisasi ).
Macam – Macam Kelompok dalam Organisasi
Kelompok-kelompok di dalam organisasi secara sengaja
direncanakan atau sengaja dibiarkan terbentuk oleh manajemen selaku bagian dari
struktur organisasi formal. Kendati begitu, kelompok juga kerap muncul melalui
proses sosial dan organisasi informal. Organisasi informal muncul lewat
interaksi antar pekerja di dalam organisasi dan perkembangan kelompok jika
interaksi tersebut berhubungan dengan norma perilaku mereka sendiri, kendati
tidak digariskan lewat struktur formal organisasi. Dengan demikian, terdapat
perbedaan antara kelompok formal dan informal.
1. Kelompok Formal
Kelompok Formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok
formal adalah suatu suatu sub unit organisasi resmi yang didirikan dengan
anggaran dasar organisasi atau dengan surat keputusan manajer. Kelompok kerja,
panitia, departemen kecil. Semuanya merupakan contoh kelompok formal. Dalam
kelompok formal, tujuan, peraturan – peraturan, keanggotaan dan pemiihan
pemimpin biasanya ditentukan oleh organisasi ini.
Kelompok ini dibangun selaku
akibat dari pola struktur organisasi dan pembagian kerja yang ditandai untuk
menegakkan tugas – tugas. Kebutuhan dan proses organisasi menimbulkan formulasi
tipe – tipe kelompok yang berbeda – beda. Khususnya ada dua tipe kelompok
formal, diantaranya :
-
Kelompok Komando (Command Group)
Kelompok komando ditentukan oleh
bagan organisasi. Kelompok terdiri dari bawahan yang melapor langsung kepada
seorang supervisor tertentu. Hubungan wewenang antara manajer departemen dengan
supervisor, atau antara seorang perawat senior dan bawahannya, merupakan
kelompok komado.
-
Kelompok tugas (Task Group)
Kelompok tugas terdiri dari para
karyawan yang bekerja – sama untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek
tertentu. Misalnya, kegiatan para karyawan administrasi dalam perusahaan
asuransi pada waktu orang mengajukan tuntutan kecelakaan, merupakan tugas yang
harus dilaksanakan.
2. Kelompok Informal
Kelompok informal juga dapat ditemukan dalam setiap
organisasi. Kelompok- kelompok ini berkembang menyimpang dari rancangan organisasi
yang ditetapkan secara resmi dan kelompok informal hidup sebagai subkultur yang
relatif berkuasa atau dominan dalam organisasi. Kelompok informal biasanya
terbentuk bila orang – orang bekerja saing berdekatan satu sama lain atau
sering bergaul dalam pekerjaannya.
Kelompok informal adalah pengelompokan secara wajar
dari orang – orang dalam situasi kerja untuk memenuhi kebutuhan sosial. Dengan
perkataan lain, kelompok informal tidak muncul karena dibentuk dengan sengaja,
tetapi muncul secara wajar. Orang mengenal dua macam kelompok informal khusus
diantaranya:
-
Kelompok Kepentingan (Interest Group)
Orang yang mungkin tidak merupakan
anggota dari kelompok komando atau kelompok tugas yang sama, mungkin bergabung
untuk mencapai sesuatu sasaran bersama. Para karyawan yang bersama – sama
bergabung dalam kelompok untuk membentuk front yang terpadu menghadapi
manajemen untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak dan pelayan wanita yang
mengumpulkan uang persen mereka merupakan contoh dari kelompok kepentingan.
Perlu diketahui juga tujuan kelompok semacam itu tidak berhubungan dengan
tujuan organisasi, tetapi tujuan itu bersifat khusus bagi tiap – tiap kelompok.
-
Kelompok Persahabatan (Friendship Group)
Banyak kelompok dibentuk karena para anggotanya
mempunyai sesuatu kesamaan, misalnya usia, kepercayaan politis, atau latar
belakang etnis. Kelompok persahabatan ini seringkali melebarkan interaksi dan
komunikasi mereka sampai pada kegiatan diluar pekerjaan.
Jika Pola gabungan karyawan dicatat,
maka akan segera menjadi jelas bahwa mereka termasuk dalam berbagai macam
kelompok yang sering bersamaan. Maka diadakan perbedaan diantara dua
klasifikassi kelompok yang luar: kelompok formal dan informal. Perbedaan
utama antara keduanya adalah bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan
kelompok tugas) dibentuk oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk
mencapai tujuan, sedangkan kelompok informal (kelompok kepentingan dan kelompok
persahabatan) adalah penting untuk keperluan mereka sendiri ( artinya, mereka
memenuhi kebutuhan pokok akan berkelompok).
Tahap – Tahap Pengembangan Kelompok
Kelompok biasanya berkembang melalui
sebuah urutan terstandar dalam evolusi. Model lima tahap perkembangan kelompok
( five – stage group – development model ) menyebutkan karekteristik
tahapan perkembangan kelompok dalam lima tahap yang berbeda, diantaranya:
1. Tahap Pembentukan ( forming ), memiliki
karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepimimpinan
kelompok tersebut. Para anggotanya “ menguji kedalaman air ” untuk menentukan
jenis – jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para
anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2. Tahap timbulnya konflik ( storming stage ) adalah
satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok
tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan
kelompok terhadap setiap individu. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah
hierarki yang relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
3. Tahap normalisasi ( norming stage ) adalah
tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan
kekohesifan. Dalam tahap ini terbentuk sebuah rasa yang kuat akan identitas
kelompok dan persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur kelompok tersebut
menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasiumum definisi
yang benar atas perilaku organisasi.
4. Tahap berkinerja ( performing ) adalah tahap
di mana struktur telah sepehunya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah
berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
5. Tahap pembubaran
( adjourning stage ). Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan
diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi
prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk
menyelesaikan aktivitas – aktivitas.
Alasan-Alasan Membentuk Kelompok
Robbins and Coulter (2004)
-
Keamanan
-
Status
-
Penghargaan
diri
-
Pertalian
-
Kekuasaan
-
Pencapaian
tujuan
Gibson (1996)
-
Kebutuhan
keamanan
-
Kebutuhan
harga diri
-
Kebutuhan
sosial
-
Kedekatan
dan daya tarik
-
Tujuan kelompok
-
ekonomi
Struktur
Struktur
adalah pola hubungan yang menetap di antara anggota kelompok. Ada 3 istilah
utama yang digunakan untuk menjelaskan struktur, yaitu peran, norma dan
hubungan antar anggota.
-
Peran adalah perilaku-perilaku yang
diharapkan dari individu yang menduduki posisi-posisi yang berbeda dalam kelompok.
-
Norma adalah aturan-aturan yang
mengidentifikasi dan menggambarkan perilaku dengan tepat.
-
Hubungan antar anggota didasarkan pada
banyak faktor seperti, wewenang, daya tarik, dan komunikasi.
Norma
Norma
adalah Aturan (rule) dibuat dalam kelompok dan berkaitan dengan bagaimana
individu-individu deharapkan untuk berpeilaku yang disebut norma. Berfungsi
sebagai standar yang melaluinya orang-orang akan menyesuaikan perilaku mereka
sendiri dan juga meningkatkan koordinasi mereka. Norma meliputi satu dari dua
pola yang berbeda, yaitu preskriptif (perilaku-perilaku yang harus dilakukan)
dan proskriptif (perilaku yang dihindari). Orang-orang yang melanggar norma
dinilai mempunyai perilaku buruk dan membuat mereka mendapat sanksi dari
anggota kelompok yang lain. Norma muncul dengan cepat, bahkan jika kelompok
dimulai dengan sedikit orang atau jika tidak ada konsensus dan mungkin dengan
banyak atau jika tidak ada konsensus dan mungkin dengan banyak variasi dalam
perilaku.
Jaringan-jaringan komunikasi
Komunikasi
mempunyai implikasi langsung terhadap pemecahan masalah kepemimpinan dan
kepuasan anggota. Tampak bahwa efisiensi jaringan dalam istilah bentuk
komunikasi yang berbeda dikaitkan dengan kejenuhan informasi. Kejenuhan dimana
individu tidak dapat lagi memonitor dengan efisien, menyatukan atau mengirim
pesan-pesan yang masuk dan keluar. Kejenuhan tentu saja terjadi pada titik
sentral. Secara khusus dalam situasi kehiduoan nyata, penghuni posisi sentral
melaporkan bahwa mereka dipuaskan dengan struktur kelompok; anggota-anggota
sekitar lebih menekankan ketidakpuasan mereka.
Pertukaran interpersonal
Teori
utama dalam pertukaran interpersonal adalah pertukaran sosial. Bahwa sebagai
individu kita secara aktual menyeimbangkan biaya terhadap modal keanggotaan
dari kelompok-kelompok tertentu. Orang dapat menjadi sumber kesenangan,
dorongan atau semangat, persetujuan dan dukungan. Ada dua aspek lain yaitu,
persetujuan sosial (social approval) yang merupakan alat positif dalam
memberikan dukungan sosial untuk orang lain dengan menunjukkan kepada mereka
bahwa Anda menyetujui mereka sebagai individu. Dan ada resiprositas yang : Saya
menyukai orang yang menyukai saya dan tidak menyukai orang yang tidak menyukai
saya. Persetujuan merupakan suatu hal yang meyakinkan anggota kelompok bahwa
keyakinan mereka dapat diterima dan tepat dalam banyak cara.
Teori
disonansi kognitif dari Festinger meyakinkan kita bahwa orang-orang yang tidak
disukai yang juga memakai keyakinan kita akan mengarah kepada ketidakseimbangan
kognitif.
Menentukan kelompok-kelompok
Tiga
prinsip utama organisasi dari persepsi mengenai kelompok adalah :
1. Kesamaan nasib
(common fate), berarti
tingkat dimana individu-individu dalam kelompok merasa mengalami hal yang sama
atau interelasi hasil akhir.
2. Kesamaan
(similarity), berkaitan dengan tingkat dimana
individu menampakkan perilaku yang sama atau mirip satu dengan yang lain dalam
berbagai cara.
3. Proksimitas
(proximity), berkaitan
dengan jarak yang renggang di antara individu di dalam kelompok
Membentuk kelompok
Faktor
yang ada dalam kelompok :
1.
Kompetensi
individu.
Orang yang intelijen
dan task efficient dinilai sebagai anggota kelompok yang lebih diinginkan
daripada mereka yang tidak kompeten. Orang yang sangat kompeten mungkin merasa
ditolak karena tidak dapat berbuat salah. Orang dengan kompetensi tinggi yang
menyatakan faliabilitas mereka melaui beberapa kesalahan kecil seringkali lebih
disukai daripada anggota kelompok yang tidak pernah salah.
2.
Ketertarikan fisik.
Terutama dalam kelompok
informal tampaknya dinilai sebagai aset utama dan komoditi yang dapat
diperdagangkan selama interaksi sosial.
Orang-orang
bergabung dalam kelompok bertujuan untuk mencapai tujuan yang tidak dapat
mereka capai pada basis individual. Tujuan bersama merupakan salah satu faktor
pemersatu utama dalam kelompok dan tujuan-tujuan bersama memotivasi anggota
kelompok secara individual untuk berlaku dalam banyak cara untuk mensukseskan
pencapaian tujuan kelompok.
Kelompok-kelompok utama
Bapak
penelitian mengenai kelompok adalah Emile Durkheim, yang berusaha menjunjukkan
bahwa masyarakat didasarkan pada solidaritas fundamental di antara orang-orang.
Durkheim mendefinisikan kelompok utama sebagai sekelompok kecil orang yang
ditandai dengan interaksi tatap muka, kesalingtergantungan dan identifikasi
kelompok yang kuat. Kelompok-kelompok seperti itu meliputi keluarga, teman
sebaya (peer group), kelompok kolega bisnis dan sebagainya.
Dinamika
Dinakima
kelompok mengetahui bahwa kelompok-kelompok benar-benar berubah sepanjang
waktu. Ada dua penjelasan untuk menjelaskan perubahan tersebut, yaitu :
1. Teori fase pengulangan,
yang menyatakan bahwa isu-isu tertentu cenderung mendominasi interaksi kelompok
selama fase-fase pengembangan kelompok dan isu tersebut dapat terjadi lagi pada
kehidupan kelompok tersebut. Jika kelompok ditujukan untuk menyeimbangkan
antara task-oriented dan perilaku yang eksprektif secara emosional, maka
kelompok tersebut mungkin berkisar di antara mencapai solidaritas tinggi
kemudian beralih kepada fokus yang berpusatkan pada kerja.
2. Teori tahap berturutan (sequential
stage). Teori ini disusun oleh Tuckman (1965) yang
mengembangkan konsep pembentukkan, penyerangan, penormaan dan pengerjaan.
Kerangka kerja tersebut menyediakan perspektif yang melaluinya kita dapat
memahami perkembanngan kelompok.
Penelitian industrial
Fokus
penelitian diarahkan kepada organisasi sosial kelompok, norma-norma kelompok
dan sikap serta motif para pekerja. Anggota kelompok yang berbeda ketika mereka
percaya bahwa mereka sedang diamati oleh orang lain yang tertarik dengan
perilaku mereka. Berdasarkan bidang-bidang dan situasi laboratorium barangkali
hasil-hasil penelitian perlu dibatasi kemampuannya untuk digeneralisasi karena
orang-orang mengetahui bahwa mereka sedang diteliti.
Group think
Sisi
negatif dari group think adalah, sebagai konsep group think digunakan untuk
menjelaskan dua hipotesis yang hampir berbeda. Karya asli Janis (1972) dalam
pernyataannya dikaitkan dengan: “Kemerosotan, efisiensi mental, pengujian
terhadap realitas dan penilaian moral adalah hasil dari tekanan in-group.”
Keyakinan bahwa sinergi merupakan kekuatan positif yang meningkatkan
pengambilan keputusan kelompok. Kekuatan kelompok dan pengambilan keputusannya
ada pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada individu-individu yang
membentuk kelompok, karena individu tersebut tidak dapat bekerja dengan
aturan0aturan mereka sendiri (Belbin, 1981).
Sumber-sumber konflik
Diperlengkapi
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Belbin, dkk (1976) kita sekarang
dapat mulai beralih kepada beberapa prediksi tentang apakah konflik potensial
dapat muncul dalam kelompok. Pada hasil penelitian Belbin, dkk kita dapat
menambahkan kualitas prediktif pada asumsi dasar Blake dan Mouton (1964, 1978),
bahwa konflik adalah fungsi penting terhadap produksi hasil dan pentingnya
perasaan orang dalam ketidaksepakatan. Salah satu aspek utama dalam sebuah
kelompok adalah kecemasan yang dirasakan dalam kelompok itu sendiri.
Kesalahpahaman dan salah persepsi: teori
atribusi
Pada
umumnya keyakinan kausal lebih sering menentukan persepsi anggota kelompok
terhadap motif dan tujuan orang lain. Teori atribusi menyatakan bahwa jika
anggota kelompok menghubungkan ketidaksepakatan hanya untuk usaha kelompok
untuk membuat keputusan yang tepat, maka ketidaksepakatan tersebut tidak menuju
kepada konflik. Sebaliknya, peningkatan konflik terjadi ketika atribusi
ketidaksepakatan didasarkan pada inkompetensi atau argumentatif. Persepsi secara
keseluruhan, sebagaimana atribusi diperhatikan adalah persepsi lebih sering
tidak dinyatakan dalam arah yang negatif, orang cenderung mengasumsikan hal
yang paling buruk mengenai anggota kelompok yang lain.
Konflik dan nilai-nilai
Kita
dapat mengasumsikan bahwa konflik merupakan hal yang buruk. Sebagian yang
sedang kita cari adalah frekuensi episode konflik yang mempunyai konsekuensi
positif, yaitu klarifikasi tujuan, peningkatan pemahaman terhadap perbedaan dan
sebagainya.
Konflik
antar kelompok muncul jika tindakan atau keyakinan-keyakinan dalam kelompok
tidak sesuai atau ditolak oleh orang lain dalam kelompok. Kita dapat
mengidentifikasi lima tahap dalam proses tersebut, yaitu :
1. Ketidaksepakatan.
Pengujian sifat ketidaksepakatan dan pembuatan keyakinan merupakan isu yang
cukup penting untuk diresolusi, karena anggota kelompok akan cenderung
mengkonfrontasi masalah melalui diskusi.
2. Konfrontasi.
Selama konfrontasi orang menjadi lebih intens dalam mengikatkan diri kepada
cara pandang respektif mereka dan mungkin hal itu nantinya membawa kepada
pembentukkan koalisi dalam kelompok.
3. Perluasan.
Terjadinya perluasan konflik dan ditandai dengan meluasnya konflik melalui
kesalahmengertian, tidak percaya, frustasi, permusuhan dan sebagainya.
4. Penurunan.
Pada waktunya, mulai terjadi penurunan konflik sebagai usaha kelompok untuk
mencapai kesepakatan mengenai berbagai isu. Jika kelompok-kelompok tidak dapat
memecahkan masalah sendiri maka diperlukan intervensi pihak ketiga.
5. Resolusi.
Jika semua hal di atas berhasil maka kelompok akan mencapai resolusi konflik.
Hasilnya secara berurutan faktor-faktor tuan rumahbekerja untuk meningkatkan
konflik di antara anggota dan itu meliputi hal-hal seperti saling
ketergantungan, karakteristik pribadi, pengaruh-pengaruh strategi yang
diadopsi, kelekatan kesalah-mengertian dan salah persepsi dan sebagainya.
Dalam
beberapa hal bagian resolusi dari siklus konflik merupakan aspek krusial karena
hal itu merupakan kemampuan belajar sepanjang menyangkut kelompok sebagai
totalitas.
Konfrontasi konflik
Forsyth
(1983) mengatakan tindakan-tindakan dan atau keyakinan satu atau lebih anggota
kelompok tidak sesuai dengan satu atau lebih anggota kelompok lain. Hasilnya
diskusi menjadi lebih kepada isu-isu yang sesungguhnya.
Pada
tahap aawal konfrontasi apa yang cenderung terjadi adalah ada intensifikasi
komitmen oleh setiap bagian kepada pandangan mereka sendiri.
Peningkatan konflik (eskalasi)
Pada
titik ini mungkin terjadi spiral kecil dalam kelompok, yaitu konflik membawa
kepada konflik yang lebih berat yang bahkan konflik-konflik yang lebih berat
lagi. Pada tahap ini kesatuan kelompok dihancurkan karena pertukaran menjadi
permusuhan yang lebih meningkat dan emosional. Konflik itu sendiri sering diisi
dengan ketridakpercayaan dan frustasi pada sebagian anggota. Jika norma dalam
kelompok adalah persaingan, maka hal itu akan menjadi cara bertindak yang
diterapkan oleh setiap anggota baru. Sebaliknya, jika normanya adalah
kooperatif, maka norma itu akan menguasai semua anggota.
Penurunan konflik (de-eskalasi)
Penurunan
konflik cenderung terjadi jika orang menyadari bahwa debat yang berkepanjangan
telah membuang waktu dan energi. Penurunan konflik kemudian akan melibatkan
partisipasi dalam sebuah negosiasi, yang nantinya dapat membawa kepada
dibangunnya kepercayaan dalam kelompok.
Resolusi
Konflik
dapat diselesaikan dalam berbagai cara. Pertama, mungkin itu semata-mata demi
kesatuan kelompok atau dalam kaitannya dengan penghematan waktu, salah satu
partisipan menarik diri dari arena konflik. Kedua, mungkin pemimpin kelompok
atau figur otoritas yang lain mendesak untuk berada di sisi lain dalam isu
konflik dan kemudian memberikan keputusan.
Konsensus pengambilan keputusan
Dalam
kasus ini, kompromi dicapai oleh pihak yang mengalah yang mendapati bahwa
mereka merasa lebih baik, sampai akhirnya dicapai kesepakatan. Konflik-konflik
dapat diatasi melalui pembubaran kelompok itu sendiri. Hal itu terjadi di bawah
tekanan ekstrim yang terjadi akibat konflik yang tampaknya tidak dapat
dipecahkan. Konflik seperti ini kadang-kadang dapat dilihat dalam
kelompok-kelompok dengan tingkat yang sangat senior dalam organisasi.
Peran
Kesamaan
perilaku, standar-standar yang menetap, relasi-relasi wewenang,
hubungan-hubungan yang menarik, dan komunikasi semua bagian, secara total
adalah struktur. Sebagaimana kelompok mulai terbentuk, demikian juga peran
mulai terbentuk di dalamnya. Proses tersebut dinamakan diferensiasi peran.
Meskipun sebagian diferensiasi peran didasarkan pada tugas dan proses-proses
yang dilakukan oleh kelompok, ada beberapa peran yang merupakan peran umum bagi
semua kelompok. Peran kepemimpinan merupakan salah satu yang jelas, bahkan juka
dibedakan menjadi dua aspek yang sangat berbeda, yaitu tugas dan proses.
Konflik peran
Ada
dua bentuk konflik peran. Pertama, konflik antar peran dimana orang memainkan
dua atau lebih peran. Masalah terjadi jika perilaku yang diasosiasikan dalam
salah satu peran tersebut tidak sesuai dengan yang diasosiasikan oleh peran
yang lain. Memberikan peran pada satu orang yang sama berarti ada peluang
dimana peran manajer tidak sesuai dengan peran istri, demikian juga ada peluang
dimana peran istri tidak sesuai dengan peran ibu.
Bentuk
kedua dari konflik adalah intra peran yang merupakan hasil dari permintaan yang
bertentangan dalam suatu peran tunggal. Permintaan-permintaan ditempatkan
pertama kali oleh individu yang melakukan peran dan atau oleh anggota lain dari
kelompoknya.
Pengaruh
Sosial dalam Kelompok
Kelompok dapat mempengaruhi perilaku anggotanya secara
langsung dengan cara penekanan sosial. Perilaku penyesuaian pada norma – norma
kelompok dikenal sebagai kepatuhan.
Kelompok juga dapat mempengaruhi sikap dan keyakinan
seseorang. Bila anggota kelompok seringali berkumpul dan mereka bergantung satu
sama lain, maka mereka cenderung mengembangkan sikap dan keyakinan yang sama.
Lebih – lebih bila seseorang merasa memiliki kelompok serta mengidentifikasikan
diri dengannya cenderung menerima nilai – nilai serta norma – norma kelompok acuan
tersebut. Dengan mempengaruhi sikap dan keyakinan anggotanya, kelompok secara
tidak langsung mempengaruhi perilaku anggotanya karena perilaku seseorang
cenderung konsisten dengan sikapnya jika tidak terdapat penekanan sosial yang
kuat untuk bertindak lain. Jadi, kelompok mempunyai dua sumber pengaruh, yaitu
pengaruh langsung dari penekanan sosial dan pengaruh tidak langsung dengan
bujukan sikap.